Krisis Kewangan Asia
From Wikipedia
Krisis Kewangan Asia adalah krisis kewangan yang dimulai pada Julai 1997 di Thailand, dan mempengaruhi mata wang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia.Juga sering disebut Krisis mata wang Asia.
Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah negara yang paling teruk terkena kesan krisis ini. Hong Kong, Malaysia dan Filipina juga terpengaruh. China, Taiwan dan Singapura hampir tidak berkesan. Jepun tidak terkena banyak tapi mengalami kesulitan ekonomi jangka panjang.
Jadual isi kandungan |
[Sunting] Sejarah
Sehingga 1996, Asia menarik hampir setengah dari aliran modal negara membangun. Tetapi, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan memiliki "current account deficit" dan pemulihan kecepatan pertukaran pegged menyemangati peminjaman luar dan menyebabkan ke keterbukaan yang berlebihan dari resiko pertukaran valuta asing dalam sektor finansial dan perusahaan.
Pelaku ekonomi telah memikirkan akibat Daratan Cina pada ekonomi nyata sebagai faktor penyumbang krisis. Cina telah memulai bersaing secara efektif dengan pengeksport Asia lainnya terutama pada 1990 setelah penerapan perubahan orientasi eksport. Yang paling penting, mata wang Thailand dan Indonesia adalah berhubungan erat dengan dolar, yang naik nilainya pada 1990 an. Importir Barat mencari pemroduksi yang lebih murah dan menemukannya, di China yang nilainya rendah dibanding dolar.
Krisis Asia bermula pada pertengahan 1997 dan mempengaruhi mata wang, pasaran saham dan harga aset beberapa ekonomi Asia Tenggara. Bermula dengan kejadian di Amerika Selatan, pelabur Barat kehilangan kepercayaan dalam keamanan di Asia Timur dan mulai menarik kembali wang mereka.
[Sunting] Thailand
Dari 1985 ke 1995, Ekonomi Thailand mengalami pertumbuhan rata-rata 9% setahun. Pada 14 Mei dan 15 Mei 1997, mata wang baht,mengalami serangan spekulasi besar. Pada 30 Jun, Perdana Menteri Chavalit Yonchaiyudh berkata bahwa dia tidak akan menurunkan nilai Baht, tetapi pemerintah Thailand akhirnya menambat mata wang tersebut pada 2 Julai.
Pada 1996, "dana hedge Amerika telah menjual $ 400 juta mata wang Thai. Dari 1985 sampai 2 Julai 1997, baht ditambat pada 25 kepada dolar. Baht jatuh menjunam dan hilang setengah harganya. Baht jatuh ke titik terendah di 56 kepada dolar pada Januari 1998. Bursa saham Thailand jatuh 75% pada 1997. Finance One, perusahaan kewangan Thailand terbesar muflis. Pada 11 Ogos, IMF membuka pakej bantuan dengan lebih dari 16 juta dolar AS .Pada 20 Ogos IMF menyetujui, pakej "bailout" sebesar 3.9 juta dolar AS.
[Sunting] Filipina
Bank Pusat Filipina menaikan suku bunga sebesar 1.75% mata pada Mei dan 2% mata lagi pada 19 Jun. Thailand mula dilanda krisis pada 2 Julai. Pada 3 Julai, bank Pusat Filipina dipaksa untuk campurtangan secara besar-besaran untuk menjaga Peso Filipina dengan menaikkan suku bunga dari 15 % ke 24 % dalam satu malam.
[Sunting] Hong Kong
Pada Oktober 1997, dolar Hong Kong, yang ditambat 7.8 kepada dolar Amerika Syarikat (AS), mendapatkan tekanan spekulatif kerana inflasi Hong Kong lebih tinggi jika dibandingkan dengan Amerika Syarikat selama bertahun-tahun. Pejabat kewangan menghabiskan lebih dari US$1 juta untuk mempertahankan mata wang tempatanl. Meskipun adanya serangan spekulasi, Hong Kong masih dapat mengatur mata wangnya ditambat ke dolar AS. Bursa saham menjadi tidak stabil, di antara 20 sehingga 23 Oktober, Index Hang Seng menjunam 23%. Pada 15 Ogos 1997, suku bunga Hong Kong naik dari 8 % ke 23 % dalam satu malam.
[Sunting] Korea Selatan
Korea Selatan adalah ekonomi terbesar ke-11 dunia. Dasar makro ekonominya bagus namun sektor banknya dibebani pinjaman. Hutang berlebihan menyebabkan kepada kegagalan besar dan pengambil alihan. Contohnya, pada Julai, pembuat kereta ketiga terbesar Korea, Kia Motors meminta pinjaman darurat. Di awal penurunan pasaran Asia, Moody's menurunkan rating kredit Korea Selatan dari A1 ke A3 pada 28 November 1997, dan diturunkan lagi ke Baa2 pada 11 Disember. Bursa saham Seoul jatuh 4% pada 7 November 1997. Pada 8 November, jatuh 7%, penurunan terbesar yang pernah tercatat di negara tersebut. Dan pada 24 November, saham jatuh lagi 7,2 % kerana ketakutan IMF akan meminta reform yang berat. Pada 1998, Hyundai Motor mengambil alih Kia Motors.
[Sunting] Malaysia
Pada 1997, Malaysia memiliki defisit akaun mata wang besar lebih dari 6 % dari GDP. Pada bulan Julai, ringgit Malaysia diserang oleh spekulator matawang. Malaysia menambat mata wangnya pada 17 Ogos 1997 dan ringgit jatuh menjunam. Empat hari kemudian Standard and Poor's menurunkan rating hutang Malaysia. Seminggu kemudian, agensi rating menurunkan rating Maybank, bank terbesar Malaysia. Di hari yang sama, Bursa saham Kuala Lumpur jatuh 856 mata, titik terendahnya sejak 1993. Pada 2 Oktober, ringgit jatuh lagi. Perdana Menteri Mahathir Mohammad memperkenalkan kontrol "capital". Tetapi, mata wang jatuh lagi pada akhir 1997 ketika Mahathir Mohamad mengumumkan bahwa pemerintah akan menggunakan 10 miliar ringgit di proyek jalan, rel dan saluran pipa.
Pada 1998, pengeluaran di berbagai sektor menurun. Sektor konstruksi menyusut 23,5 %, produksi menyusut 9 %dan agrikultur 5,9 %. Keseluruhan GDP negara ini turun 6,2 % pada 1998. Tetapi Malaysia merupakan negara tercepat yang pulih dari krisis ini dengan menolak bantuan IMF.
[Sunting] Indonesia
Pada Jun 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata wang luar yang besar, lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik.
Tapi banyak perusahaan Indonesia banyak meminjam dolar AS. Di tahun berikut, ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut -- level efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata wang lokal meningkat.
Pada Julai, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 % ke 12 %. Rupiah mulai terserang kuat di Ogos. Pada 14 Ogos 1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating-bebas. rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 miliar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi kerana ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat. Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan Septemer. Moody's menurunkan hutang jangka panjang Indonesia menjadi "junk bond".
Meskipun krisis rupiah dimulai pada Julai dan Ogos, krisis ini menguat pada November ketika efek dari devaluasi di musim panas muncul di "balance sheet" perusahaan. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, iaitu: menjual rupiah, menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.
Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat Gobenor Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup. Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden.
[Sunting] Singapura
Ekonomi Singapura berhasil mengatur performa yang relatif sihat dibandingkan dengan negara lain di Asia selama dan setelah krisis finansial, meskipun hubungan erat dan ketergantungan ekonomi regional tetap membawa efek negatif terhadap ekonominya. Tetapi, secara keseluruhan kemampuannya menghilangkan krisis diperhatikan secara luas, dan meningkatkan penelitian kebijakan fiskal Singapura sebagai pelajaran bagi negara jirannya.
Sebagai ekonomi terbuka, dolar Singapura terbuka terhadap tekanan spekulatif seperti telah terjadi pada 1985. Ekonomi sangat penting dalam keberlangsungan Singapura sebagai negara merdeka, pemerintah Singapura berhasil mengatur suku pertukaran mata wangnya untuk menghindari potensi penyerangan speklulatif.
[Sunting] Cina daratan
Republik Rakyat Cina tidak terpengaruh oleh krisis ini kerana renminbi yang tidak dapat ditukar dan kenyataan bahwa hampir semua investasi luarnya dalam bentuk pabrik dan bukan bidang keamanan. Meskipun Cina telah dan terus memiliki masalah "solvency" parah dalam sistem perbankannya, kebanyakan deposit di bank-bank PRC adalah domestik dan tidak ada pelarian bank.
[Sunting] Amerika Syarikat dan Jepun
"Flu Asia" juga memberikan tekanan kepada Amerika Syarikat dan Jepun. Eknomi mereka tidak hancur, tetapi terpukul kuat.
Pada 27 Oktober 1997, Industri Dow Jones jatuh 554-point, atau 7,2 %, kerana kecemasan ekonomi Asia. Bursa Saham New York menunda sementara perdagangan. Krisis ini menuju ke jatuhnya konsumsi dan keyakinan mengeluarkan wang.
Jepun terpengaruh kerana ekonominya berperan penting di wilayah Asia. Negara-negara Asia biasanya menjalankan defisit perdagangan dengan Jepun kerana ekonomi Jepun dua kali lebih besar dari negara-negara Asia lainnya bila dijumlahkan, dan tujuh kali lipat Cina. Sekitar 40 % ekspor Jepun ke Asia. Pertumbuhan nyata GDP memelan di 1997, dari 5 % ke 1,6 % dan turun menjadi resesi pada 1998. Krisis Finansial Asia juga menuntun ke kebangkrutan di Jepun.
[Sunting] Laos
Laos terpengaruh ringan oleh krisis ini dengan nilai tukar Kip dari 4700 ke 6000 terhadap satu dolar AS.
[Sunting] Konsekuensi
Krisis Asia berpengaruh ke mata wang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa negara yang terpengaruh besar oleh krisis ini.
Krisis ekonomi ini juga menuju ke kekacauan politk, paling tercatat dengan mundurnya Suharto di Indonesia dan Chavalit Yongchaiyudh di Thailand. Ada peningkatan anti-Barat, dengan George Soros dan IMF khususnya, keluar sebagai kambing hitam.
Secara budaya, krisis finansial Asia mengakibatkan kemunduran terhadap ide adanya beberapa set "Asian value", iaitu Asia Timur memiliki struktur ekonomi dan politik yang superior dibanding Barat. Krisis Asia juga meningkatkan prestise ekonomi Cina.
Krisis Asia menyumbangkan ke krisis Rusia dan Brasil pada 1998, kerana setelah krisis Asia, bank tidak ingin meminjamkan ke negara berkembang.
Krisis ini telah dianalisa oleh para pakar ekonomi kerana perkembangannya, kecepatan, dinamismenya; dia mempengaruhi belasan negara, memiliki efek ke kehidupan berjuta-juta orang, terjadi dalam waktu beberapa bulan saja. Mungkin para pakar ekonomi lebih teratarik lagi dengan betapa cepatnya krisis ini berakhir, meninggalkan ekonomi negara berkembang tak berpengaruh. Keingintahuan ini telah menimbulkan ledakan di pelajaran tentang ekonomi finansial dan "litani" penjelasan mengapa krisis ini terjadi. Beberapa kritik menyalahkan tindakan IMF dalam krisis, termasuk oleh pakar ekonomi Bank Dunia Joseph Stiglitz.