Alfredo Reinado
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Keseluruhan artikel atau bagian tertentu dari artikel ini perlu di-wikifisasi. |
Alfredo Alves Reinado adalah mantan mayor pada angkatan bersenjata Timor Timur, FDTL. Pada 4 Mei 2006, ia bersama lebih kurang 600 anggota FDTL – yang berkekuatan total 1.400 prajurit – melakukan desersi sebagai protes atas perlakuan diskriminatif terhadap prajurit dari Timor Timur Barat. Karena desersi ini, pada April 2006, Panglima FDTL Brigjen Taur Matan Ruak melakukan pemecatan massal terhadap para desertir atas restu atau titah Perdana Menteri Mari Alkatiri.
Para korban pemecatan marah besar. Reinado--tentara didikan Australia--dan rekannya, Mayor Augusto Araujo (Tara), memimpin pemberontakan bersenjata. Aksi Gastao Salsinha (pimpinan para serdadu yang dipecat) itu memicu gelombang kerusuhan di Dili, yang kemudian menyebar di kalangan geng-geng sipil bersenjata.
Kerusuhan di Timor Timur yang meluas menjadi pertikaian antar etnis (timur dan barat) ini menewaskan sedikitnya 20 orang dan puluhan orang dilaporkan hilang. Ratusan bagunan dibakar dan dijarah. Sekitar 100.000 warga mengungsi sampai ke perbatasan dengan Indonesia di NTT.
Dalam menjalankan aksinya, Reinado menggunakan taktik mirip Fretilin, kelompok pimpinan Xanana Gusmao yang memberontak terhadap integrasi Timtim ke pangkuan Indonesia. Yaitu, taktik hit and run (pukul dan lari).
Reinado melakukan hal serupa. Ia membangun basis di perbukitan Maubisse, 70 km di selatan Dili, dengan senjata M-16 di tangan. Selain menuntut Alkatiri mundur ia juga menuntut penempatan kembali rekan-rekannya yang sama-sama dipecat oleh Alkatiri.
Para mantan tentara yang marah karena dipecat itu melakukan berbagai aksi yang membuat kota Dili porak poranda dan berdarah-darah.
Daftar isi |
[sunting] Kronologis Krisis Tmor Timur 2006
[sunting] 8 Februari
Lebih dari 400 tentara mogok dan keluar dari barak, memprotes diskriminasi promosi berdasarkan etnis timur (Loro Sa’e). Tentara dari wilayah barat merasa dianaktirikan.
[sunting] 17 Maret
Pemerintah memecat 594 tentara disertir, kebanyakan etnis Loro Monu.
[sunting] 24-29 April
Para tentara desersi, dipimpin mayor Alfredo Alves Reinado, melancarkan protes, yang berkembang menjadi kerusuhan massa. Dua tentara dan dua warga sipil tewas serta puluhan luka-luka.
[sunting] 10 Mei
Perdana Menteri Alkatiri menawarkan bantuan kemanusiaan dan subsudi bagi para tentara desertir yang dipecat. Tawaran ditolak.
[sunting] 24 Mei
Pemberontakan tentara desersi tak terkendali dan pemerintah Dili meminta bantuan militer dari Australia, Portugal, Selandia Baru, dan Malaysia.
[sunting] 25 Mei
Kontingen 150 personel komando Australia tiba di Dili. Di hari yang sama, rumah kerabat Menteri Dalam Negeri Regerio Lobato dibakar, seorang ibu dan lima anaknya tewas. Tentara resmi pemerintah menembaki markas kepolisian dna menewaskan 11 polisi tanpa senjata saat keluar dari gedung dengan pengawalan mobil polisi Persatuan Bangsa-Bangsa.
[sunting] 29 Mei
Presiden Xanana Gusmao berunding dengan Alkatiri dan kabinetnya di istana presiden. Di luar istana, ratusan demonstran meneriakkan yel-yel anti Alkatiri. Di tempat lain, gudang pangan pemerintah dijarah. Desakan agar Alkatiri mundur menguat, termasuk dari Menteri Luar Negeri Jose Ramos-Horta, yang mengakui pemerintahannya gagal total mengatasi kemelut.
[sunting] 30 Mei
Xanana menjalankan kekuasaan darurat, memecat Menteri Pertahanan Rogerio Lobato dalam rapat darurat kabinet hari kedua, serta mengambil alih kendali pertahanan dan keamanan. Namun kerusuhan, bentrokan antargeng, dan penjarahan tak kunjung berhenti.
[sunting] 7 Juni
Reinado menyatakan bersedia berunding untuk mengakhiri kerusuhan berdarah di negeri itu. Meski demikian, dia secara tegas meminta agar solusi damai bagi Timor Timur tidak melibatkan Mari Alkatiri.