Algiers
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Lambang | Peta |
---|---|
Data dasar | |
Wilayah: | 230 km² |
Penduduk: | 1.519.570 (1998) |
Politik | |
Wali kota: | ? |
Algiers (bahasa Arab: ولاية الجزائر El-Jazair) adalah ibu kota Aljazair, pelabuhan laut utama, pusat politik dan basis kebudayaan, juga "rumah" bagi para perompak Berber yang termasyhur dari abad ke-16 sampai abad ke-19.
[sunting] Sejarah
Barbarossa, seorang panglima Turki yang menaklukkan Algiers untuk Kalifah Usmaniyah pada 1529, membebaskan pula Penon dar orang Spanyol, sesuai permintaan Emir Algiers. Lalu ia mengumpulkan bangsa Moor-yang telah diusir dari Spanyol-dan menjadikannya pasukan perompak penguasa samudra dan menakutkan bagi pedagang Eropa di Laut Tengah. Pada 1830, Perancis menaklukkan Algiers dan melumpuhkan pasukan perompak, mengubah Turki menjadi pangkalan militer untuk mengendalikan Afrika Barat dan Utara. Namun, selama 300 tahun sebelumnya, Aljir telah berkembang di bawah pemerintahan Barbarossa. Walau kekejaman Barbarossa terkenal di Eropa, ia adalah pemimpin baik. Para tawanan dibebaskan dalam kota, di mana mereka diperlakukan hampir sama dengan warga Algiers. Merekalah komoditas utama perompak Turki, sebab karenanyalah berhasil dibangun gedung-gedung putih yang menghadap ke Laut Tengah. Kota ini tumbuh dari asalnya yang tak dikenal sebagai koloni orang Funisia di Afrika Utara dan melebar sampai lereng Perbukitan Sahel serta pulau lepas pantai (direklamasi). Banyak usaha sia-sia untuk menghancurkan perompak itu, termasuk ekspedisi kelautan Kaisar Romawi Suci, Charles V pada 1541 dan oleh Inggris, Belanda, dan AS awal 1800-an. Serangan ini melemahkan dominasi Aljir, namun gagal menghancurkannya sampai serangan akhir Perancis pada 1830, yang mengakhiri pasukan perompak yang kuat dan hampir jadi mitos itu.
[sunting] Algiers modern
Aljazair bangkit menentang Perancis pada 1950-an dan merdeka 1962. Banyak orang Eropa keluar dari sana selama beberapa dekade. Kini Algiers terus tumbuh dengan populasi 1,7 juta pada 1990.
Bagian tertua kota itu-yang dibangun di lereng bukit bagian atas-masih menampakkan karakter awalnya, yang teridentifikasi dari rumah tinggi berdinding putih serta jalan sempit dan berliku. Kasbah yang terkenal masih mendominasi kota itu dan merupakan kediaman dua penguasa Turki trakhir di sana. Masjid Ketchaoua, dulu Katedral Saint Philip antara 1845-1962-pun masih jadi lambang menawan kota, sementara Museum Seni Populer dan Tradisi bertempat di salah satu istana Turki terindah yang pernah dibangun.
[sunting] Bibiliografi
Beckner, Chrisanne dan Soetrisno, Eddy. 2001. Buku Pintar 100 Kota Besar Bersejarah di Dunia. Jakarta : Ladang Pustaka dan Intimedia